Metode Penelitian Naturalistik/Kualitatif – Beberapa Ciri

untuk Guru dan Mahasiswa Calon Guru

Sunday, March 1, 2009

Metode Penelitian Naturalistik/Kualitatif – Beberapa Ciri

Metode Penelitian Naturalistik/Kualitatif – Beberapa Ciri

Muhammad Faiq Dzaki

Berikut ini merupakan beberapa ciri metode penelitian naturalistik:
Sumber data ialah situasi wajar atau “natural setting”. Peneliti dengan demikian mengumpulkan data berdasarkan observasi situasi yang wajar, sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi dengan sengaja.
Peneliti sebagai instrumen penelitian. Dalam hal ini peneliti adalah instrumen kunci “ key instrument”. Dialah yang mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara yang tak terstruktur, sering hanya menggunakan buku catatan. Ia tidak menggunakan alat seperti tes, angket. Hanya manusia yang dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau respon.
Sangat deskriptif. Data deskriptif harus dikumpulkan sebanyak-banyaknya yang dituangkan dalam bentuk laporan. Penelitian ini tidak menggunakan angka-angka dan statitistik, walaupun tidak menolak data kuantitatif.
Mementingkan proses maupun produk. Jadi dalam pelaksanaan penelitian juga memperhatikan proses.
Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan sehingga dapat dipahami masalah atau situasi yang sebenarnya sedang terjadi.
Mengutamakan data langsung “first hand”. Karena itu peneliti harus terjun langsung ke lapangan untuk mengadakan observasi atau wawancara.
Triangulasi. Data dari suatu pihak harus dicek kebenarannya dengan cara mencari data itu dengan sumber yang lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan seterusnya dengan menggunakan metode yang mungkin sekali berbeda.
Menonjolkan rincian kontekstual. Data dicatat secara terperinci dan tidak dipandang lepas-lepas, tetapi sebagai suatu kesatuan utuh yang saling berkaitan.
Subjek yang diteliti dianggap mempunyai kedudukan yang sama dengan peneliti, bukan sebagai objek penelitian. Ia datang kepadanya sebagai seorang yang sedang belajar. Bukan berkedudukan lebih tinggi.
Menggunakan perspektif etic, artinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari sudut pandangnya. Peneliti tidak memaksakan pandangannya sendiri.
Verifikasi, dilakukan melalui kasus yang bertentangan atau negatif. Untuk memperoleh hasil yang lebih dapat dipercaya, peneliti justru harus mencari kasus-kasus yang berbeda, sehingga apa yang ditemukannya bisa saja mencakup aspek/situasi yang teramat luas.
Sampling yang purposif. Tidak menggunakan sampling random/acak dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak. Sampel tidak banyak yang dipilih berdasarkan tujuan (purpose) penelitian.
Menggunakan “audit trail”, melakukan pelacakan apakah hasil penelitian sesuai dengan data penelitian. Pengecekan dapat dilakukan oleh orang lain berdasarkan seluruh data yang telah dikumpulkan.
Partispasi tanpa mengganggu, karena penelitian harus berlangsung wajar, apa adanya, natural. Peneliti tidak boleh menonjolkan diri dalam penelitiannya sehingga mengganggu kewajaran situasi yang sedang diamatinya.
Mengadakan analisis sejak awal penelitian, dan selanjutnya sepanjang penelitian itu berlangsung. Analisis dengan sendirinya dimunculkan setiap saat, bila peneliti menafsirkan data yang diperolehnya.
Desain penelitian tampil dalam proses penelitian, karena perencanaan penelitian naturalistik tidak dapat dibuat rinci, lengkap dan pasti saat awal penelitian. Oleh sebab itu dalam rancangan penelitian tidak ada langkah-langkah yang jelas dan tegas.

2 comments:

GAK RI said...

ok

GAK RI said...

saya cari materi teori belajar metakognitif dalam mempelajari bahasa. bisakah anda membantu saya?

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...