EBOOK: CARA-CARA MENGAKTIFKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN

untuk Guru dan Mahasiswa Calon Guru

Thursday, April 22, 2010

EBOOK: CARA-CARA MENGAKTIFKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN



Sebagian isi buku:
Ada banyak teknik kelompok-kelompok kecil yang dapat digunakan guru. Fokusnya adalah membuat siswa benar-benar berpikir tentang materi belajar sehingga mereka dapat mengkomunikasikan apa yang sedang atau telah mereka pikirkan. Beberapa di antaranya adalah: (1) think-pair-share (write-pair-share); (2) buzz groups; dan (3) three-steps interview.

Think-Pair-Share
Salah satu cara termudah untuk mem-buat siswa berpikir tentang suatu isu atau topik dalam kelas adalah dengan menggu-nakan “think-pair-share” atau” write-pair-share” (Lyman, 1992).

Pada pendekatan ini, seorang guru secara sederhana mengajukan suatu isu atau masalah kepada seluruh siswa dalam kelas-nya dan memberikan waktu sekitar 30 detik sampai 1 menit kepada siswa untuk berpikir atau menuliskan respon mereka.

Siswa-siswa kemudian secara berpa-sangan saling menjelaskan respon atau jawaban mereka kepada yang lain selama 3 sampai 5 menit. Akhirnya, mereka menjelas-kan jawaban mereka dalam diskusi kelas (klasikal). Karena teknik ini memerlukan waktu 4 sampai 6 menit, jadi dapat dilakukan sekali atau dua kali pada setiap sesi pembelajaran.

Format “think-pair-share” atau “write-pair-share” ini dapat berfungsi dengan baik pada mata pelajaran matematika, kimia, sejarah, filsafat, dan kritik seni. Sebagai bentuk variasi dari metode ini, guru dapat meminta siswa untuk menentukan pilihan atau keputusan tentang suatu isu atau masalah (misalnya, “Apakah kamu setuju jika Hadiah Nobel Perdamaian diberikan kepada presiden Obama?), lalu tanyakan kepada siswa alasan mereka. Selanjutnya, setelah mendengarkan berbagai informasi dari seluruh siswa, mereka dapat diminta untuk memutuskan kembali, dan siswa yang mengubah keputusannya dapat ditanyakan alasannya (Fink, 2003).

Buzz Groups
McKeachie (2006) menggunakan teknik buzz group untuk menjamin partisipasi siswa dalam kelas ukuran besar. Dalam metodenya ini, ia meminta siswa untuk membentuk group-group yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa untuk membicarakan isu atau masalah yang diberikan.

Beliau meminta mereka untuk selalu memastikan bahwa setiap anggota group memberikan paling sedikit sebuah gagasan terhadap diskusi yang dilakukan. Setelah 10 menit, McKeachie memanggil salah satu dari setiap group untuk melaporkan dan bertanya pada kelompok (group) yang lain dan memin-ta kepada group yang sama pendapatnya atau sama hasil diskusi groupnya untuk mengangkat tangan.

Saat setiap group memberikan laporan diskusi, McKeachie (guru) mencatat poin-poin utama di papan tulis dan kemudian memadu-kan bahan tersebut untuk ceramah pada pertemuan berikutnya.

Three-Step Interview
Untuk proses pada kelompok kecil ini, pada awalnya siswa diminta bekerja secara berpasangan. Orang pertama mewawancarai atau bertanya pada orang kedua. Kemudian sebaliknya, orang kedua mewawancari atau bertanya pada orang pertama. Langkah selanjutnya, kedua siswa yang berpasangan ini bekerja sama dengan cara: orang pertama memberikan resume dari orang kedua, dan sebaliknya orang kedua memberikan resume dari orang pertama.

Download ebook CARA-CARA MENGAKTIFKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN

4 comments:

zakaria said...

Siswa berangkat ke sekolah dengan konsep diri yang berbeda, tugas kita adalah meramu keberagaman konsep mereka untuk menyatukan arahnya sesuai tujuan yang ingin kita capai. Pertanyaannya sampai dimana ramuan itu terpelihara & berpengaruh jika guru yang berdurasi 2 JP saja, sementara lingkungan siswa (termasuk keluarga siswa)tidak mendukung ramuan yang dinjeksi pada siswa di kelas.

m.faiq said...

Betul, saya sependapat dengan anda: bahwasanya siswa yang datang ke sekolah adalah berasal dari beragam kondisi dan konsep diri. Dan, adalah tugas guru untuk membuat mereka mempunyai konsep diri yang positif, dengan cara memelihara konsep diri yang memang sudah positif, atau guru harus berusaha mengubah konsep diri yang negatif menjadi positif.

Dalam hal pembelajaran, adanya dukungan dari keluarga tentu sangat berpengaruh pada keberhasilan mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran. Dan, tanpa dukungan keluargapun, seyogyanya guru tidak gampang berputus asa atau berpatah arang dengan pencapaian tujuan pembelajaran mereka. So, keep our spirit burns!

Sudah kita maklumi betul bahwa secara jamak, perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan anak pada negara berkembang macam Indonesia (hegara kita), tentu tidaklah sebagaimana yang ada di negara maju. Tapi, bukankah itu sebuah tantangan yang harus kita taklukkan?

insani cita said...

maksih ya artikelnya

isman said...

Sudah kudownload ebooknya, tapi belom sempat baca... Makasih ebooknya, ya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...