Model Pembelajaran Kooperatif : Ketergantungan Positif

untuk Guru dan Mahasiswa Calon Guru

Friday, May 4, 2012

Model Pembelajaran Kooperatif : Ketergantungan Positif

Ketergantungan Positif Jantung Pembelajaran Kooperatif

Apakah pembelajaran kooperatif yang dilakukan guru berhasil dengan baik? Untuk menjawab pertanyaan ini, sebaiknya seorang guru harus mencek apakah terbentuk suatu ketergantungan positif antara anggota-anggota di dalam kelompok-kelompok kooperatif siswa mereka. Mengapa demikian? Guru perlu mencek kembali pembelajaran kooperatif yang dilaksanakannya dengan memperhatikan faktor ini, karena ketergantungan positif antar anggota kelompok merupakan “jantung” dari model pembelajaran kooperatif.
Ketergantungan positif adalah kepercayaan yang terdapat pada setiap individu anggota kelompok bahwa bekerja bersama siswa lain akan memberikan hasil yang jauh lebih baik dibanding bekerja atau belajar sendirian.

Ketergantungan Positif Menurut Para Ahli

Beberapa kutipan berikut mengilustrasikan cara pandang yang berbeda tentang ketergantungan positif dalam model pembelajaran kooperatif:

  1. “Ketergantungan positif adalah menghubungkan siswa satu sama lain sehingga tidak ada seorangpun dapat sukses kecuali semua anggota kelompoknya yang lain juga sukses. Setiap anggota kelompok menyadari sepenuhnya bahwa mereka akan tenggelam bersama atau berenang bersama”, (Johnson, Johnson, dan Holubec, 1998).
  2. “Saat siswa memahami sepenuhnya tentang ketergantungan positif, mereka mengerti bahwa setiap usaha anggota kelompok wajib dan dibutuhkan untuk kesuksesan kelompoknya, dan setiap anggota mempunyai kontribusi yang unik terhadap upaya-upaya kelompok dari sumber daya, peran dan tanggung jawab mereka”, (Johnson, Johnson, dan Holubec, 1998).
  3. “Tujuan dari adanya ketergantungan positif adalah untuk menjamin bahwa kelompok disatukan oleh tujuan bersama, sebuah alasan bagi setiap anggota kelompok untuk mempelajari bahan ajar yang ditugaskan”, (Johnson, Johnson, dan Holubec, 1998).
  4. “Ketergantungan positif sukses dibangun bila anggota-anggota kelompok menyadari bahwa mereka dipersatukan dan dihubungkan satu sama lain sehingga tidak akan ada seorangpun siswa yang sukses kecuali semua anggota kelompok sukses. Tujuan kelompok dan tugas, harus dirancang  dan dikomunikasikan dengan siswa sehingga mereka percaya bahwa mereka sedang berenang bersama. Bila ketergantungan positif terbentuk dengan solid, maka akan tampak ciri: (a) setiap usaha anggota kelompok wajib dan dibutuhkan untuk memperoleh kesuksesan kelompok; (b) setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi yang unik untuk kesuksesan dan upaya kelompok. Dengan demikian maka akan terbentuk sebuah komitmen bersama untuk kesuksesan kelompok sebagaimana komitmen untuk kesuksesan setiap anggota kelompok, yang merupakan jantung dari model pembelajaran kooperatif. Jika pada sebuah pembelajaran kooperatif tidak terjadi ketergantungan positif, maka berarti tak ada pembelajaran kooperatif (clcrc.com).

Elemen Pembelajaran untuk Menumbuhkan Ketergantungan Positif

Lalu bagaimana caranya sehingga ketergantungan positif ini dapat muncul dan terbentuk di pembelajaran guru yang mengacu pada model pembelajaran kooperatif? Berikut adalah beberapa elemen pembelajaran yang dapat dirancang untuk memunculkan dan membentuk ketergangantungan positif antar anggota kelompok kooperatif:
  1. Tujuan produk. Gunakan tujuan pembelajaran produk yang membutuhkan kontribusi dari seluruh anggota kelompok. Contohnya: bertanya kepada suatu kelompok siswa melalui pertanyaan yang memerlukan kesepakatan bersama untuk menjawabnya, kemudian lanjutkan dengan sebuah tujuan pemecahan masalah pada akhir pembelajaran, atau minta mereka untuk membuat sebuah paragraf tentang hal tersebut (www.learn-line.nrw.de).
  2. Penghargaan (reward). Penghargaan dapat dirancang untuk diberikan ketika mereka berhasil menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Cara yang dapat dilakukan oleh guru misalnya selain ada skor individual untuk skor ulangan/latihan, siswa dapat memperoleh skor tertentu bila semua anggota kelompok dapat mencapai batas skor tertentu yang telah ditentukan oleh guru (www.learn-line.nrw.de)..
  3. Bahan ajar. Bahan ajar dapat dijadikan sarana untuk memicu muncul dan terbentuknya ketergantungan positif bila setiap siswa mempelajari/mempunyai bahan ajar yang spesifik (berbeda) yang dibutuhkan untuk kesuksesan kelompok (www.wcer.wisc.edu)..
  4. Peran. Peran setiap anggota di dalam kelompok dapat memicu dan membentuk ketergantungan positif antar anggota kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan pembagian tugas dan fungsi (misalnya, ada yang berperan sebagai pencatat data, pengamat waktu pada stopwatch, juru bicara, dsb.). Pastikan bahwa setiap anggota kelompok mendapatkan peran yang layak. Pemberian tugas yang kompleks dan harus dibagi-bagi untuk melakukannya akan menciptakan akuntabilitas setiap anggota kelompok dalam melaksanakan tugas belajar. Peran dapat dirolling untuk memberikan kesempatan dan pengalaman berbeda kepada setiap anggota kelompok (www.wcer.wisc.edu)..
  5. Tugas atau bagian tugas. Tugas atau bagian-bagian tugas dapat dirancang oleh guru sehingga dalam penyelesaiannya memerlukan saling ketergantungan positif antar anggota kelompok. Misalnya, pengambilan sampel air kolam dilakukan oleh 2orang siswa, sementara 2 orang siswa lainnya bertugas mempelajari bagaimana cara pengambilan air sampel kolam melalui studi pustaka (www.wcer.wisc.edu).
Terimakasih telah berkunjung ke blog ptk dan model pembelajaran ini, sampai jumpa lagi.

Referensi:

Johnson, R.T., Johnson, D.W., and Holubec, E.J. (1998). Cooperation in the Classroom. Boston: Allyn and Bacon.

Tersedia di world wide web: http://www.wcer.wisc.edu/nise/CL1/CL/moreinfo/MI3D.htm. [Diakses 2012-05-2]

Tersedia di world wide web: http://www.learn-line.nrw.de/angebote/greenline/lernen/downloads/typesof.pdf. [Diakses 2012-05-2]

1 comment:

Unknown said...
This comment has been removed by a blog administrator.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...