Proses Berpikir Manusia untuk Memperoleh Pengetahuan

untuk Guru dan Mahasiswa Calon Guru

Saturday, July 13, 2013

Proses Berpikir Manusia untuk Memperoleh Pengetahuan

Apa yang membedakan manusia dengan binatang? Kami yakin anda pasti tahu jawabannya. Akal-lah yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia dengan cara berpikir yang dimilikinya menjadikannya makhluk paling istimewa di muka ini. Nah, pada artikel kali ini blog PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dan Model Pembelajaran akan membahas tentang Cara Manusia Berpikir. Yuk kita simak.

Cara Berpikir Manusia Membuatnya Istimewa dan Berbeda dengan Binatang

Dari jaman dahulu kala, burung pipit telah dapat membuat sarang. Tidak ada kemajuan dalam cara burung pipit membuat sarang. Mungkin, sejak diciptakan oleh Tuhan, begitulah caranya burung pipit membuat sarang. Begitu pula dengan cara makan seekor tupai, tidak ada yang berubah. Semua binatang demikian. Setiap kemampuan yang mereka miliki berasal dari suatu naluri yang datang dari dalam diri mereka.

Berbeda dengan manusia, cara manusia hidup di jaman prasejarah berbeda dengan cara hidup manusia di jaman sekarang. Terjadi banyak sekali perubahan di berbagai aspek kehidupan. Di atas sudah disebutkan bahwa hal ini terjadi karena manusia memiliki kelebihan yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa, yaitu akal pikiran. Barangkali pada jaman batu dulu tidak terbayangkan bagaimana beragam perkakas akan dibuat, bukan dari batu tetapi dari beragam benda dengan keunggulannya masing-masing dan memiliki kemanfaatan yang luar biasa dalam mempermudah kehidupan manusia. Mungkin di jama dahulu tidak pernah terbayangkan bagaimana manusia akan dapat sampai ke berbagai planet dan menjejakkan kaki di sana, atau tidak terbayangkan bagaimana komunikasi dapat dilakukan dengan mudah dan cepat menggunakan handphone, internet, dan sebagainya.

Pada intinya kehidupan manusia selalu berubah dan berkembang seiring dengan kemajuan pengetahuan yang dimilikinya. Kemajuan pengetahuan saat ini sangat menakjubkan. Selalu kita dengar penemuan-penemuan baru. Dalam jangka waktu tidak terlalu lama, muncul sebuah teknologi dan pengetahuan baru yang menggeser teknologi terdahulu. Perkembangan pengetahuan yang pesat ini terjadi karena manusia memiliki rasa ingin tahu (curiousity). Keingintahuan manusia adalah fitrah yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada manusia. Dalam perjalanan hidupnya manusia selalu bertanya dan ingin tahu, mengapa sesuatu menjadi begini, mengapa tidak begitu, bagaimana itu bisa terjadi, dsb.

Dari generasi ke generasi, manusia selalu berusaha mengetahui mengapa suatu fenomena bisa terjadi, mereka selalu tertarik untuk dapat menjelaskannya, lalu kemudian berusaha memanfaatkan pengetahuan tentang fenomena-fenomena alam itu untuk kemudahan hidupnya. Menurut Rummel (1958), pada dasarnya proses berpikir yang dilakukan manusia telah terjadi dalam empat periode, yaitu: (1) periode mencoba-coba; (2) periode otoritas; (3) periode argumentasi; dan (4) periode hipotesis dan eksperimen. Mari kita bahas satu per satu.

1. Periode Mencoba-Coba

Pada jaman dahulu, orang menggunakan proses berpikir mencoba-coba (trial and error). Dapat dimengerti, pada jaman ini, dengan pola berpikir yang demikian pengetahuan yang dimiliki umat manusia berkembang dengan sangat lambatnya. Cara-cara yang dilakukan tidak pasti. Untuk memperoleh suatu pengetahuan, manusia melakukan begitu banyak kesalahan dan kegagalan dahulu sebelumnya. Oleh sebab itu, seringkali manusia pada jaman ini mengambil kesimpulan yang keliru. Kita contohkan begini. Anggap saja di depan kita ada sebuah pintu yang ingin anda buka, dan anda mempunyai 150 anak kunci di tangan anda, di mana salah satu anak kunci itu dapat membuka pintu tersebut. Dengan menggunakan proses berpikir mencoba-coba, anda akan memasukkan secara bergantian satu demi satu anak kunci tersebut hingga akhirnya pintu dapat dibuka. Faktor kebetulan lebih memegang peranan di sini. Cepat atau lambatnya anda menemukan anak kunci yang tepat untuk membuka pintu bergantung sepenuhnya pada faktor kebetulan. Sebenarnya cara berpikir coba-coba sampai saat ini juga masih digunakan.

2. Periode Otoritas 

Periode otoritas dalam proses berpikir manusia ditandai dengan pengaruh besar pada pemegang otoritas (kekuasaan) terhadap cara berpikir manusia. Periode ini berhasil dicapai setelah manusia begitu lama bergelut dengan proses berpikir mencoba-coba. Pemegang otoritas menjadi sandaran kebenaran suatu ilmu pengetahuan, misalnya raja, gereja, bangsawan, dan sebagainya. Kata-kata pemegang otoritas adalah kebenaran dan tidak dapat dibantah. Oleh karena itu, ketika Nicolaus Copernicus pada masanya menyatakan bahwa pusat tata surya kita adalah matahari, maka dihukum penggal lah ia. Kebenaran yang berlaku saat itu dipegang oleh raja dan gereja, di mana menurut pengetahuan pemegang otoritas, pusat atata surya kita bukan matahari melainkan bumi. 

3. Periode Argumentasi

Periode kegita proses berpikir manusia adalah jaman periode argumentasi. Pada masa ini, kebenaran (ilmu pengetahuan) tidak lagi dipegang oleh pihak-pihak yang memiliki ototritas, akan tetapi lebih dipegang oleh para pemikir. Sumber pengetahuan manusia pada jaman ini adalah para pemikir tersebut. Kebanyakan para pemikir pada periode argumentasi, juga merupakan para orator (ahli pidato) yang mampu menyampaikan pemikiran-pemikirannya bahkan melalui perdebatan (adu argumentasi). Pada masa-masa periode argumentasi, kebenaran dipegang para pemikir dan orator ulung. Orang-orang awam hanya menyaksikan dan mendengarkan mereka yang sedang beradu argumen. Sesuatu dianggap benar oleh khalayak umum apabila argumen-argumen yang disampaikan masuk akal. Kebenaran menjadi sulit diterima dan dapat berbeda-beda antara orang yang satu dengan orang yang lain. Pada periode ini belum dikenal pembuktian kebenaran.

4. Periode Hipotesis dan Eksperimen

Periode keempat, yaitu periode hipotesis dan eksperimen muncul ketika pada periode argumentasi sering muncul ketidakpuasan di mana suatu kebenaran tidak mutlak sifatnya dan belum tentu dapat diterima oleh semua orang. Banyak orang menjadi ragu terhadap suatu kebenaran ketika mereka tidak dapat membuktikan kebenaran atau pengetahuan tersebut. Oleh karena itu muncullah periode hipotesis dan eksperimen. Pada masa ini kebenaran adalah milik semua orang karena semua orang dapat melakukan pembuktian. Pada periode berpikir manusia inilah muncul metode ilmiah (Baca Pengertian Metode Ilmiah dan Langkah-LangkahMetode Ilmiah) atau scientific method. Periode hipotesis dan eksperimen merupakan babak baru proses berpikir manusia dan pada periode inilah pengetahuan berkembang dengan sangat pesatnya.

Baca juga: Penelitian Ilmiah dan Langkah-Langkah Penelitian Ilmiah.

Demikian tulisan tentang Proses Berpikir Manusia untuk Memperoleh Pengetahuan dan Pembagian Periodesasinya dari blog Penelitian Tindakan Kelas dan Model Pembelajaran. Semoga Bermanfaat.



No comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...