Tuesday, March 25, 2014

Contoh Makalah Guru Berprestasi

Contoh Makalah Guru Berprestasi

Apa kabar para pembaca blog penelitian tindakan kelas? Sekarang sudah bulan Maret, berarti di daerah masing-masing event besar pemilihan guru berprestasi siap-siap digelar. Jika bapak atau ibu guru adalah salah seorang calon peserta guru berprestasi, maka tulisan kali ini mungkin akan ada manfaatnya. Kali ini kami akan mencoba memberikan contoh makalah yang merupakan salah satu syarat utama yang harus dipenuhi oleh setiap peserta pemilihan gupres. Makalah ini adalah makalah yang saya gunakan untuk mengikuti lomba pemilihan guru berprestasi tahun 2013 lalu, hingga menang di tingkat propinsi dan berhasil menjadi finalis yang mewakili propinsi Kalimantan Selatan ke Pemilihan Gupres Tingkat Nasional.

Makalah yang akan saya sajikan di sini berjudul Menjadi Guru Adalah Sebuah Pengabdian, Menjadi Guru Berprestasi Adalah Kebanggaan. Makalah ini berbentuk essay gagasan saya bagaimana cara atau hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan tugas dan profesi sebagai guru sehingga pada akhirnya pengabdian kita akan membawa kepada sebuah prestasi yang patut dibanggakan. Tentu saja ini adalah contoh semata, bapak dan ibu guru harus menyesuaikan dengan tema yang diminta panitia seleksi. Persiapkan juga bahan presentasinya dengan baik.

DONWNLOAD CONTOH PRESENTASI POWER POINT UNTUK SELEKSI GURU BERPRESTASI
DOWNLOAD SAMPUL MAKALAH GURU BERPRESTASI

Isi Makalah Guru Berprestasi Tahun 2013

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Saat ini profesi guru tengah banyak disorot oleh masyarakat kita dibanding profesi lainnya. Di masyarakat luas, guru telah dianggap sebagai ujung tombak proses pendidikan. Oleh karena itu, baik atau buruk kualitas pendidikan di negeri ini selalu disangkutpautkan terutama dengan guru.

Secara formal guru adalah  seseorang yang diangkat secara resmi oleh pemerintah atau lembaga swasta. Mereka diangkat dengan sebuah surat keputusan yang memberikan tugas dan fungsi yang melekat padanya di suatu lembaga atau jenjang pendidikan tertentu.

Perjalanan sejarah karier guru yang ada di sekitar kita tampaknya mempunyai jalur yang bervariasi. Tidak sedikit guru yang kariernya dengan mudah melesat naik. Banyak guru kita saksikan sukses hingga menjadi anggota dewan perwakilan rakyat, kepala dinas, bupati, walikota, gubernur, atau bahkan mungkin menduduki jabatan-jabatan lain yang lebih tinggi. Ada banyak guru yang sejak mulai menjadi guru telah menunjukkan optimisme yang tinggi dalam berkarya. Guru-guru ini berkembang menjadi guru inti, instruktur, hingga akhirnya dikirim belajar ke jenjang yang lebih tinggi bahkan tidak sedikit yang dikirim ke luar negeri.

Sayangnya, banyak pula kenyataan di lapangan kita temui, guru-guru masih mengalami berbagai kendala dalam mengembangkan diri dan kariernya. Kondisi mereka cukup memprihatinkan. Mereka mengajar sambil terpaksa melakukan pekerjaan lainnya untuk menutupi kebutuhan ekonomi. Mereka bahkan hampir tidak mampu membiayai pendidikan anak-anak mereka sendiri.

Tentu saja besaran gaji bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap kinerja profesional guru. Ada banyak faktor lain seperti rasa pengabdian, kecintaan terhadap profesi, kebiasaan melakukan refleksi diri, hingga semangat untuk terus belajar sepanjang hayat juga mempengaruhi kinerja mereka. Akan tetapi kesejahteraan tetap signifikan berdampak pada kualitas kinerja guru. Karena itu, sudah sepantasnyalah guru-guru profesional yang kompeten dan berprestasi di bidangnya layak mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak mereka.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dibuat sejumlah rumusan masalah, yaitu sebagai berikut:
1.    Bagaimana pengabdian seorang guru dapat membawanya menjadi guru profesional / guru yang kompeten?
2.    Apa saja yang selanjutnya harus dilakukan seorang guru yang telah memberikan pengabdiannya sehingga ia dapat menjadi seorang guru profesional?
3.    Bagaimana hubungan motivasi pada diri guru profesional sehingga ia bisa menjadi seorang guru yang berprestasi?

C. TUJUAN PENULISAN

Secara umum makalah ini bertujuan menjelaskan bahwa profesi guru adalah sebuah pengabdian, yang pada gilirannya pengabdian tersebut akan mengantarkan guru menjadi guru yang benar-benar profesional dan berprestasi.
Secara khusus makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang hal-hal berikut:
1.    Pengabdian yang dilakukan oleh seorang guru dalam kaitannya dengan pengembangan profesinya.
2.    Hal-hal yang selanjutnya harus dilakukan seorang guru yang telah memberikan pengabdiannya sehingga dapat menjadi seorang guru profesional.
3.    Hubungan motivasi pada diri guru profesional sehingga ia bisa menjadi seorang guru yang berprestasi.

D. MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1.    Menggugah guru yang membacanya untuk mengabdikan diri secara tulus pada profesinya.
2.    Menjadi salah satu sarana untuk mengajak guru agar meningkatkan kompetensinya sehingga dapat menjadi guru yang profesional dan berprestasi.
3.    Menjadi sebuah wadah bagi penulis untuk menuangkan ide-ide yang dimilikinya sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri, perwujudan sebuah pengabdian dan kecintaan terhadap profesi guru untuk dibagikan kepada pembaca.


BAB II
PEMBAHASAN

A. MENJADI GURU ADALAH SEBUAH PENGABDIAN

Banyak definisi yang telah dirumuskan oleh para ahli mengenai apa itu ‘guru’. Salah satunya seperti pendapat Suparlan, 2005: 12 yang menyebutkan bahwa guru adalah orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual, emosional, fisikal, intelektual, maupun aspek-aspek lainnya.

Jika kita menilik definisi di atas secara seksama maka kita akan menyadari betapa mulianya tugas seorang guru. Ia adalah sosok yang mempunyai tugas yang sangat penting, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Tugas ini bukan tugas yang ringan, karena ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’ di sini meliputi semua aspek kehidupan di antaranya aspek spiritual, aspek emosional, aspek fisikal, aspek intelektual, maupun aspek-aspek lainnya.

Tugas penting dan tidak ringan tersebut umumnya kita dapati di lapangan, telah dilakukan guru dengan penuh perasaan cinta, tanggung jawab, dan keikhlasan. Mereka melakukan pekerjaannya sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara. Guru melakukannya tanpa paksaan dan tanpa tekanan rasa ketakutan. Apabila ada seorang guru yang melakukan tugasnya bukan karena rasa pengabdian tetapi karena keterpaksaan atau karena tekanan rasa ketakutan, maka guru itu sesungguhnya bukanlah seorang ‘guru’. Ia tidak akan dapat memberikan kontribusi bagi tujuan mulia pendidikan, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pengabdian seorang guru seringkali bukanlah hal yang mudah dilakukan. Pengabdian seorang guru bahkan kadang-kadang harus diikuti dengan pengorbanan besar. Banyak guru yang mengabdi di tempat-tempat yang terpencil: jauh di puncak-puncak pegunungan, di pulau-pulau kecil di tengah lautan, hingga di antara masyarakat yang masih terasing dari peradaban modern. Banyak guru yang mengabdi di daerah-daerah rawan konflik yang tentu saja dapat membahayakan keselamatan jiwanya dan keluarganya. Acapkali pula demi pengabdiannya, banyak guru terpisah jauh dari keluarga karena harus tinggal di daerah-daerah yang sarana tranpsortasi dan komunikasinya masih sangat sulit dan minim. Banyak guru yang mengabdi tanpa terlalu memperhitungkan besaran gaji yang akan mereka terima. Kita tahu, masih banyak guru-guru non-PNS yang gajinya bahkan sangat jauh di bawah UMR (Upah Minimum Regional) buruh.

Lalu, jika pilihan hidup untuk mengabdi sebagai seorang guru bukanlah jalan yang mudah dan mulus untuk dilalui, mengapa hingga sekarang masih banyak orang-orang yang melakukannya? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus kembali memahami makna sebuah pengabdian. Pilihan hidup menjadi seorang guru apabila dilakukan dengan tulus ikhlas dan rasa cinta, maka akan membawa seseorang kepada kebahagiaan yang tentu tidak dapat dinilai dengan materi. Inilah modal terbesar yang akan membawa seseorang pada kesuksesan dalam menjalani profesi sebagai seorang guru: pengabdian. Apabila seorang “guru” tidak memiliki rasa pengabdian yang tulus di dalam dirinya, maka “guru” itu tidak akan dapat bertahan pada pekerjaannya, dan ia bukanlah seorang guru yang sebenarnya.

B. GURU YANG KOMPETEN DAN BERPRESTASI

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya dalam tulisan ini, bahwa guru yang memiliki rasa pengabdian yang tulus di dalam dirinya, maka ia telah memiliki modal terbesar untuk menjadi guru yang kompeten dan berprestasi. Pertanyaan berikutnya adalah: Hal-hal apa sajakah yang harus dilakukan oleh seorang guru yang telah mempunyai rasa pengabdian yang tulus ini agar ia dapat menjadi seorang guru yang kompeten dan berprestasi?

Modal dasar berupa rasa pengabdian yang tulus apabila ditambah dengan kompetensi yang wajib dimiliki seorang guru agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya akan membentuk guru yang kompeten. Guru yang kompeten adalah guru yang memiliki kompetensi-mutlak untuk menjadi seorang guru. Kompetensi-kompetensi guru ini diperoleh melalui proses belajar sepanjang hayat. Agar proses belajar sepanjang hayat yang dilakukan guru dapat efektif, maka ia juga harus membiasakan diri berpikir reflektif. Kebiasaan berpikir reflektif memungkinkan guru mengetahui potensi yang dimilikinya untuk mengembangkan diri, selain juga mengetahui kompetensi yang telah dan belum dimilikinya saat ini. Di samping itu, sifat kreatif dan inovatif juga sangat penting dimiliki oleh seorang guru. Melalui sifat ini guru akan menjadi role model (teladan) yang pantas untuk dicontoh peserta didik bahkan orang-orang lain di sekitarnya.

1. Guru yang Kompeten
Pada beberapa tahun belakangan, kita mengenal guru yang kompeten ini sebagai Guru Profesional. Menurut Suyatno (2008: 15 – 17), guru dengan predikat profesional ini memiliki 4 bidang kompetensi, yaitu: (a) Kompetensi Pedagogik; (b) Kompetensi Kepribadian; (c) Kompetensi Sosial; dan (d) Kompetensi Profesional. Keempat bidang kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang guru ini akan di bahas satu persatu.

a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yang harus dimiliki seorang guru meliputi kompetensi:
1)    Pemahaman terhadap peserta didik, dengan indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian dan mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik.
2)    Perancangan pembelajaran, dengan indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3)    Pelaksanaan pembelajaran, dengan indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4)    Perancangan dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar, dengan indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum.
5)    Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliknya, dengan indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
1)    Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: (a) bertindak sesuai dengan norma hukum; (b) bertindak sesuai dengan norma sosial; (c) bangga sebagai guru; (d) memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma.
2)    Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: (a) memiliki kemandirian dalam bertindak; dan (b) memiliki etos kerja sebagai guru.
3)    Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: (a) menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat; (b) menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
4)    Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: (a) memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik; dan (b) memiliki perilaku yang disegani.
5)    Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator: (a) bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong); dan (b) memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, serta masyarakat sekitar.

d. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.
1)    Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi yang dipegangnya memiliki indikator esensial: (a) memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (b) memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi ajar; (c) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan (d) menerapkan konsep-konsep keilmuan ke dalam kehidupan sehari-hari.
2)    Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial: (a) menguasai langkah-langkah penelitian; dan (b) menguasai kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan atau materi bidang studinya.

Tentu saja tidak ada ruginya menjadi guru yang profesional atau kompeten di bidangnya. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 40 ayat 1 menyatakan hak-hak pendidik dan tenaga kependidikan, di antaranya: (a) penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai; (b) penghargaan sesuai tugas dan prestasi kerja; (c) perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual; hingga (d) kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

2. Kebiasaan Berpikir Reflektif
Menurut Arqom (2012), berpikir reflektif adalah berpikir untuk mengingat kembali terhadap apa yang sudah dilakukan dalam rangka melakukan instropeksi, refleksi dan spirit koreksi atas berbagai kualitas dan cara kerja yang sudah kita lakukan dalam kehidupan ini.
Berpikir reflektif harus dijadikan kebiasaan karena sangat besar manfaatnya. Adapun manfaat berpikir reflektif yang berhubungan dengan pengembangan diri seorang guru misalnya:

a.    Berpikir reflektif memungkinkan guru untuk mengintrospeksi apa yang sudah dan belum dicapai. Dengan berpikir reflektif, seorang guru dapat mengetahui di posisi mana sekarang ia berada. Posisi yang dimaksud di sini adalah tingkat kompetensi yang dimilikinya bila dibandingkan secara normatif dengan guru lainnya, atau secara standar bila dibandingkan dengan standar kompetensi minimal yang harus dimiliki seorang guru profesional.  Adalah hal yang unik bahwa kadang-kadang seseorang baru menyadari bahwa langkah-langkah hidupnya tidak produktif, begitu ia menyempatkan diri berpikir reflektif dan mengevaluasi dirinya di suatu waktu misalnya di akhir pekan.

b.    Berpikir reflektif dapat menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki diri menuju ke arah yang lebih baik. Tidak setiap orang merasa perlu memperbaiki diri. Karena itu, melalui proses berpikir reflektif dengan penyediaan waktu untuk merenung dan melihat ke belakang, lalu melihat hal-hal yang belum dikerjakan secara optimal di masa lalu maka muncullah motivasi untuk memperbaiki diri.
c.    Melalui proses berpikir reflektif seorang guru akan mengetahui potensi dan sumber daya yang dimilikinya. Setiap orang memiliki potensinya masing-masing. Potensi ini bersifat unik dengan kadar yang berbeda-beda. Bila seorang guru mengetahui potensi dan sumber daya apa yang dimilikinya, maka ia akan dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk pengembangan kompetensinya. Mereka akan berkembang menjadi guru-guru yang profesional, kreatif dan inovatif dengan berbagai kelebihannya masing-masing.

3. Prinsip Belajar Sepanjang Hayat
Aziz (2012: 160) menyebutkan bahwa orang-orang terpelajar adalah mereka yang telah melalui proses belajar dan terus belajar. Mereka tidak mau berhenti belajar kecuali nyawa telah hilang dari tubuh kasar mereka. Mereka pun tidak hanya belajar, tetapi juga mempraktikkan apa yang telah mereka pelajari dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Belajar sepanjang hayat dapat memberikan kesempatan belajar secara wajar dan luas kepada seorang guru sesuai dengan perbedaan minat, usia, dan kebutuhan belajar masing-masing (Hufad, 2010). Belajar sepanjang hayat tidak dibatasi oleh waktu, tempat, sarana, media, dan sumber belajar. Guru dapat belajar setiap hari dari beragam sumber dengan tujuan memperoleh informasi yang mendukung pengembangan kompetensinya. Guru dapat belajar melalui seminar, pameran, forum ilmiah, tayangan televisi hingga film-film yang bermutu dan berkorelasi dengan profesinya.

Pada penerapan prinsip belajar sepanjang hayat, guru harus menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan sehari-hari sehingga menjadi budaya yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Mereka dapat membaca koran, buku, hingga menggali secara mandiri bahan bacaan dan informasi dari internet. Pada era informasi sekarang ini, guru harus selektif memilih bacaan. Ia harus dapat menyeimbangkan antara minat dan kebutuhannya.
Membaca saja tidaklah cukup. Guru harus mempunyai keterampilan menulis. Keterampilan ini dapat diperoleh guru secara alamiah melalui kebiasaan membaca dan latihan-latihan. Kebiasaan membaca akan membuat guru mengolah kembali informasi yang didapatnya saat membaca. Informasi yang telah diolah ini akan membantu guru memunculkan ide-ide baru.  Pada saat ide-ide baru ini muncul, maka guru akan merasa perlu untuk mengekspresikannya dalam bentuk tulisan. Guru dapat berlatih menuliskan ekspresinya di berbagai media. Saat ini terdapat beragam media untuk mempublikasikan tulisan dapat dipilih guru, mulai dari media cetak hingga media virtual seperti jejaring sosial facebook dan blog.

4. Kreatif dan Inovatif
Menurut Woolfolk (1995), kreatif adalah sifat yang dimiliki seseorang yang berpikir imajinatif, orisinil, dengan tujuan untuk memecahkan masalah. Sedangkan inovatif adalah nilai kebaruan dan kemanfaatan dari suatu penerapan pemecahan masalah.

Guru seringkali menemui berbagai kendala dalam melaksanakan pembelajaran di kelasnya atau tugas-tugas lainnya, misalnya karena keterbatasan sarana dan prasarana. Guru yang memiliki sifat kreatif dan inovatif tidak akan menganggap keterbatasan ini sebagai kendala yang berarti. Dengan kreativitas dan kemampuan melakukan inovasinya, mereka akan mampu memecahkan masalah untuk mengatasi kendala-kendala tersebut.

Pengembangan kreativitas dan inovasi dapat dilakukan guru melalui berbagai kegiatan, misalnya mengikuti berbagai workshop untuk meningkatkan kemampuannya dalam bidang-bidang tertentu yang berhubungan dengan profesinya. Selain itu guru juga dapat mengikuti berbagai kegiatan yang bersifat lomba kreativitas dan karya inovasi untuk guru. Saat ini cukup banyak lomba kreativitas dan inovasi yang diadakan untuk guru setiap tahunnya. Ikut serta dalam kegiatan yang bersifat lomba ini tujuan utamanya bukanlah menjadi juara, akan tetapi lebih kepada tujuan untuk memperluas wawasan, menambah pengetahuan dan keterampilan, serta mengasah daya kreativitas dan daya berinovasi yang dimilikinya.

5. Motivasi Guru Berprestasi
Teori Maslow pada tahun 1954: 92 dalam Slavin (2009: 109) mengidentifikasi dua jenis kebutuhan: (1) kebutuhan kekurangan; dan (2) kebutuhan pertumbuhan. Hierarki Kebutuhan Maslow ditunjukkan oleh Gambar 1 berikut.
Menurut Maslow, seseorang akan termotivasi untuk memuaskan kebutuhan pada bagian bawah hierarki sebelum berupaya memuaskan kebutuhan pada bagian atas. Bila kita cermati, kebutuhan fisiologis berupa makanan, minuman, pakaian merupakan kebutuhan dasar yang merupakan kebutuhan kekurangan yang harus dipenuhi. Tanpa terpenuhi kebutuhan fisiologis, maka seseorang bahkan tidak akan menganggap penting kebutuhan-kebutuhan lain yang berada di tingkat lebih atas.

Gambar 1.  Hierarki Kebutuhan Maslow. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan tertinggi, dalam kaitannya dengan guru profesional, pencapaian sebagai “Guru Berprestasi” adalah salah satu bentuk aktualisasi diri (Sumber: Slavin, 2009).

Seorang guru profesional tentu saja merupakan individu yang hampir dapat dikatakan berhasil memenuhi kebutuhan kekurangan yang meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan, kebutuhan hubungan dan cinta, dan kebutuhan harga diri. Selanjutnya, dengan kebiasaan berpikir reflektif dan prinsip belajar sepanjang hayat, ia akan mampu memenuhi kebutuhan pertumbuhan seperti kebutuhan untuk mengetahui dan memahami, bahkan juga kebutuhan estetik (rasa keindahan). Pencapaian tertinggi oleh seorang guru profesional adalah mampu menjadi “Guru Berprestasi”. Kemampuan memenuhi kebutuhan aktualisasi diri ini akan mendatangkan rasa kebanggaan dan kebahagiaan yang sepantasnya mereka terima.

Aktualisasi diri seorang guru profesional sebagai guru yang berprestasi akan nampak dalam perilakunya yang mensyukuri dan menerima keadaan dirinya sendiri dan juga orang lain, spontanitas, keterbukaan, hubungan akrab dengan orang lain tetapi tetap bersikap demokratis, kreatif, inovatif, memiliki sense of humor, dan kebebasan. Pada intinya, seorang guru berprestasi yang telah mampu memenuhi kebutuhan aktualisasi diri ini akan memiliki kesehatan yang prima secara psikologis. Oleh karena itu, bangga menjadi guru profesional yang berprestasi adalah hal sangat wajar, karena itu merupakan cermin kebahagiaan batin (psikologis).

Gambar 2. Guru dengan pengabdian yang tulus akan berkembang menjadi guru berprestasi.

Gambar 2 di atas menunjukkan guru yang memiliki rasa pengabdian yang tulus akan mampu meningkatkan diri menjadi guru profesional. Modal besar yang dimiliki ditambah dengan kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi akademik yang diperoleh melalui refleksi diri, semangat sebagai pebelajar sepanjang hayat, kreatif, inovatif, dan memiliki motivasi yang besar menjadikan mereka mampu mencetak prestasi gemilang yang pantas dibanggakan. Prestasi ini tentu saja akan dihargai dengan pantas sebagaimana jaminan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu Pasal 36 ayat (1), yang berbunyi: “Guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan/atau bertugas di daerah khusus berhak memperoleh penghargaan.”

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Beberapa hal yang dapat kita simpulkan dari paparan tulisan ini adalah sebagai berikut:
1.    Guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tulus dalam melaksanakan tugasnya telah mempunyai modal yang sangat besar untuk berkembang menjadi guru yang profesional (kompeten).
2.    Guru yang mempunyai rasa pengabdian yang tulus dapat berkembang menjadi guru profesional apabila ia mempunyai kebiasaan berpikir reflektif dan prinsip hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat, serta kreatif dan inovatif. Dengan berpikir reflektif, guru akan mengetahui posisi dan potensinya. Dengan prinsip hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat, ia akan terus belajar sehingga memiliki kompetensi pedagogik, sosial, kepribadian, maupun profesional. Dengan sifat kreatif dan inovatif yang dimiliki, ia akan menjadi guru yang mampu mengatasi berbagai kendala dan masalah dalam melaksanakan tugasnya.
3.    Berdasarkan pemikiran Maslow tentang hierarki motivasi, guru profesional yang tercukupi kebutuhan-kebutuhannya akan mampu mengaktualisasikan diri untuk berkembang menjadi guru yang berprestasi dan bangga akan prestasi yang diraihnya dengan tetap memiliki karakter-karakter luhur.

B. SARAN

Adapun saran-saran yang dapat diberikan agar guru dapat lebih termotivasi untuk melakukan tugasnya sebagai sebuah bentuk pengabdian dan mampu berkembang sebagai guru berprestasi adalah sebagai berikut:
1.    Apabila seseorang telah menentukan bahwa pilihan profesi yang akan dijalaninya adalah sebagai seorang guru, maka hendaklah ia benar-benar tulus untuk melaksanakan tugasnya sebagai sebuah pengabdian.
2.    Untuk mengembangkan diri menjadi guru yang profesional, hendaknya pengabdian tulus yang telah diberikan selalu diimbangi dengan kebiasaan berpikir reflektif, mempunyai prinsip hidup sebagai pebelajar sepanjang hayat yang selalu berusaha meningkatkan kompetensi diri di bidang pedagogik, sosial, kepribadian, dan profesional, dan mengasah kreativitas dan kemampuan berinovasi.
3.    Kepada pihak-pihak yang berwenang, hendaknya terus berupaya meningkatkan kesejahteraan guru agar segala kebutuhan-kebutuhan yang mereka perlukan dapat terpenuhi. Dengan tercukupinya kebutuhan-kebutuhan guru maka akan dapat memotivasi guru untuk mengaktualisasikan diri menjadi guru profesional yang bangga akan profesi dan prestasi yang diraihnya.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim (2011). Manusia dan Tanggung Jawab. Tersedia Online di http://iiam.blogdetik.com/2011/04/20/manusia-dan-tanggung-jawab/ diakses tanggal 22 Mei 2013.

Anonim (2013). Pedoman Pelaksanaan Pemilihan Guru Berprestasi Pendidikan dasar Tahun 2013. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Arqom, Akhmad (2012).Agar Hidup Kita Semakin Berkualitas Berpikirlah Reflektif! Tersedia di http://www.masulum.com/2012/05/25/agar-hidup-kita-semakin-berkualitas-berpikirlah-reflektif/ diakses tanggal 22 Mei 2013.

Aziz, Amka Abdul (2012). Hati, Pusat Pendidikan Karakter (Melahirkan Bangsa Berakhlak Mulia). Klaten: Penerbit Cempaka Putih.

Hufad, Achmad., dkk. (2010). Studi Tentang Implementasi Program Belajar Sepanjang Hayat di Indonesia: Makalah disampaikan pada Seminar Internasional Pendidikan Luar Sekolah, yang Diselenggarakan oleh Prodi PLS-SPS-UPI Bandung tanggal 29 Nopember 2010.

Slavin, Robert E. (2009). Psikologi Pendidikan, Edisi Ke Delapan, Cetakan Pertama. (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Indeks.

Suparlan (2005). Menjadi Guru Efektif, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Suparlan (2006). Guru Sebagai Profesi, Cetakan Pertama. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Suyatno (2008). Panduan Sertifikasi Guru, Cetakan Kedua. Jakarta: Penerbit Indeks.

Woolfolk, Anita E. (1995). Educational Psychology – 6th Edition. Boston: Allyn and Bacon

= = = =

Demikian contoh makalah untuk mengikuti lomba atau seleksi guru berprestasi yang pernah saya tulis di tahun 2013 lalu. Maksud saya membagikan tulisan di sini tidak lain adalah untuk membagi pengalaman luar biasa selama proses seleksi tersebut yang terkait erat dengan profesi guru yang kita cintai.

Bapak dan ibu guru, banyak sekali keuntungan yang kita peroleh bila kita mengikuti pemilihan guru berprestasi, mulai dari bertemu dengan banyak guru-guru profesional berdedikasi, para pejabat di lingkungan kementerian pendidikan nasional, presiden RI dan mengikuti detik-detik proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Negara, ramah-tamah dengan presiden dan ibu negara, menteri pendidikan nasional, hingga seaabrek hadiah. Oh ya, saya bahkan mendapatkan hadiah umroh dari dinas pendidikan kabupaten Hulu Sungai Utara karena berhasil membawa nama kabupaten saya ke kancah nasional. Hadiah-hadiah demikian juga diperoleh oleh kawan-kawan dari daerah lain dalam bentuk yang mungkin berbeda. Selain itu, kita mungkin bisa terpilih untuk mengikuti program bench-marking ke luar negeri. Menarik bukan? Nah, ayo persiapkan bahan-bahan dan berkas yang diperlukan mulai dari sekarang supaya semuanya menjadi maksimal. Semoga sukses.

Demikian tulisan kali ini tentang contoh makalah guru berprestasi berbentuk essay gagasan dari blog penelitian tindakan kelas. Semoga bermanfaat.


Thursday, March 20, 2014

Mengajarkan Siswa Menjadi Pebelajar dengan Pengaturan Diri (Self-Regulated Learning)

self regulated learning oleh si pebelajar mandiri

Mengajarkan Siswa Menjadi Pebelajar dengan Pengaturan Diri (Self-Regulated Learning)

Pentingkah menjadikan siswa kita menjadi pebelajar yang mampu mengatur bagaimana ia belajar (self-regulated learner)? Tentu penting sekali. Siswa yang mampu mengatur dirinya dalam hal belajar akan mampu menganalisis tugas-tugas yang diberikan oleh guru kepada mereka, kemudian mereka akan mampu menentukan tujuan pembelajaran mereka sendiri dalam belajar. Berikutnya, mereka, siswa-siswa dengan pengaturan belajar itu akan mampu menentukan strategi-strategi belajar apa yang diperlukan dan digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajarannya, kemudian memonitor (mengevaluasi) sendiri bagaimana pencapaiannya dalam belajar. Nah, luar biasa bukan jika siswa kita tampil sebagai seorang self regulated-learner (seorang pebelajar yang mampu mengatur bagaimana ia belajar). Kurikulum 2013, kurikulum yang baru diluncurkan pada beberapa sekolah sasaran di tahun 2013 lalu dan akan berlanjut ke sekolah-sekolah lainnya secara nasional pada tahun ajaran baru 2014/2015 nanti-pun juga mengamanatkan agar siswa dapat menjadi seorang pebelajar yang mampu mengatur bagaimana ia belajar, di mana salah satu cirinya adalah siswa sebagai pebelajar sepanjang hayat (lifelong learner). Baca tulisan sebelumnya tentang Pandangan Kurikulum 2013 dan Pebelajar Sepanjang Hayat di sini.

Baiklah, sekarang, blog penelitian tindakan kelas akan memberikan beberapa cara yang dapat dilakukan oleh guru (kita) agar siswa menjadi pebelajar yang mampu mengatur bagaimana dirinya belajar tadi. Yuk disimak.
Berikut ini adalah beberapa carauntuk menjadikan siswa seorang Self Regulated-Learner:

Bantu siswa untuk menganalisis tugas yang diberikan sehingga mereka mampu menentukan tujuan pembelajarannya sendiri secara tepat.


Seringkali siswa keliru dalam menafsirkan tugas yang diberikan oleh guru kepadanya. Misalnya saja, siswa kelas rendah lebih mengira bahwa gurunya sangat senang kalau ia lancar membaca, walaupun ia tidak mengerti apa makna kalimat-kalimat yang dibacanya. Akibatnya mereka cenderung membaca dengan cepat, bahkan dengan kata-kata yang salah-salah, agar kelihatan lancar. Padahal, penting mengajar anak kelas rendah membaca dengan memahami makna bacaan itu. Urusan kecepatan membaca adalah nomor dua setelah memahami makna bacaan.

Secara gamblang mengajari siswa menggunakan strategi-strategi belajar efektif.

Kita dapat mengajari siswa strategi-strategi belajar yang efektif digunakan untuk tujuan-tujuan belajar tertentu. Mengenai strategi belajar telah pernah dibahas sebelumnya di blog ini. Baca lebih lanjut mengenai Pengajaran Strategi Belajar (Learning Strategies) di sini. Dengan demikian siswa akan menguasai dan menemukan strategi belajar yang cocok digunakannya sesuai dengan situsi dan kondisi, misalnya strategi apa yang harus ia gunakan saat mempelajari soal-soal matematika, strategi apa yang harus ia gunakan saat diminta menghafal surat-surat pendek dalam Juzz Amma pada pelajaran pendidikan agama, lalu strategi apa yang harus ia gunakan saat belajar materi IPA.

Bantu siswa belajar memonitor perkembangan pribadinya dalam belajar (mencapai tujuan belajarnya).

Untuk ini guru dapat membantu mereka berlatih melakukan refleksi terhadap hasil belajar mereka masing-masing, mengevaluasi efektivitas strategi belajar yang telah mereka gunakan, memodifikasi strategi belajar tersebut bila perlu, dsb. Selain itu guru dapat membantu siswa dalam menilai performanya sendiri.

Demikian tulisan dari blog penelitian tindakan kelas kali ini, yaitu tentang Mengajarkan Siswa Menjadi Self Regulated Learning. Semoga bermanfaat untuk anda.

Sunday, March 16, 2014

Icebreaker, Mengapa Anda Harus Menggunakannya dalam Setiap Presentasi?

Icebreaker, Mengapa Anda Harus Menggunakannya dalam Setiap Presentasi ?

Icebreaker, Mengapa Anda Harus Menggunakannya dalam Setiap Presentasi ?

Apakah Icebreaker itu?

Anda adalah seorang pemula untuk diundang sebagai pemateri atau penyaji dalam sebuah seminar atau kegiatan? Seperti jika anda memang orang yang demikian, anda dapat mencermati tulisan tentang icebreaker berikut ini: Icebreaker, Mengapa Anda Harus menggunakannya dalam Setiap Presentasi?
Kalau anda sering mengikuti seminar atau menghadiri sebuah presentasi dalam sesi dengan waktu yang cukup panjang, umumnya akan menemui penggunaan icebreaker oleh sang narasumber atau presenter.

Icebreaker adalah selingan menarik yang terkadang seakan-akan agak melenceng dari topik yang sedang dibicarakan yang diberikan oleh seorang pemateri seminar, narasumber, pembicara, ataupun presenter dengan tujuan umum untuk memberikan energi dan semangat baru kepada para peserta seminar, atau audien. Tetapi fungsi icebreaker sebenarnya tidak hanya sekedar itu. Ada beberapa tujuan lain dari penggunaan icebreaker dalam sebuah kegiatan yang melibatkan peserta seminar atau audien tadi. Demikian juga penggunaannya sebenarnya tidak hanya dilakukan di tengah-tengah kegiatan, bisa juga dilakukan di awal atau di akhir kegiatan. Istilah lain icebreaker apabila digunakan di awal kegiatan adalah warming up (pemanasan) dan bila dilakukan untuk memberikan energi baru atau semangat baru kepada peserta kegiatan yang mulai bosan adalah energizer.

Mengapa Menggunakan Icebreaker, Warming Up, dan Energizer dalam Sesi Seminar atau Presentasi Anda?

Beberapa hal yang dapat dijadikan alasan mengapa anda, sebagai pemateri atau narasumber sebaiknya menggunakan icebreaker adalah sebagai berikut:
  • Jika digunakan di awal kegiatan, maka pemanasan (warming up) akan dapat membantu dalam anda dalam memikat perhatian para audien. Anda tentu tahu bahwa kesan pertama akan penampilan anda sangatlah penting. Begitu pula dengan penampilan anda dalam sebuah seminar atau presentasi. Kesan awal yang akan ditangkap peserta sangat penting. Anda dapat merebut hati mereka dalam menit-menit pertama penampilan anda. Selanjutnya, jika anda telah berhasil melakukan ini, maka langkah-langkah selanjutnya akan menjadi lebih mudah.
  • Jika digunakan di awal kegiatan, selain berguna untuk menarik perhatian peserta atau audien anda, maka anda juga dapat menggunakan warming up untuk menciptakan iklim seminar atau presentasi yang sesuai. Untuk ini, tentunya anda harus selektif dalam memilih jenis warming up yang akan digunakan. Anda harus memperhatikan apakah materi warming up yang anda gunakan sesuai dengan materi yang disampaikan.
  • Jika digunakan di awal kegiatan, warming up juga dapat berfungsi untuk mengakrabkan anda dengan peserta serta antar sesama peserta.  Pilihlah warming yang membutuhkan kerjasama untuk tujuan ini. Jadi walaupun mungkin anda dan peserta, atau antar sesama peserta belum begitu kenal (atau bahkan baru bertemu) maka dengan cepat keakraban akan terbentuk oleh warming up yang anda berikan.
  • Jika icebreaking digunakan di tengah kegiatan seminar atau presentasi anda, maka ia dapat memberikan energi baru kepada para peserta (dan juga anda sendiri). Di dalam sebuah sesi seminar atau presentasi dengan durasi waktu yang cukup panjang, audien akan mudah sekali teralih perhatiannya kepada hal-hal lain, walaupun sesaat saja penyajian anda tidak menarik. Siapapun dan sehebat apapun seorang pemateri seminar, narasumber atau presentasi, pasti ada saat-saat ia akan kehilangan perhatian audiennya. Dengan memberikan icebreaking beberapa menit, anda akan kembali menyuntikkan energi baru agar mereka kembali fokus kepada anda.
  • Jika digunakan di tengah-tengah kegiatan, maka icebreaking akan membantu peserta seminar atau audien anda (dan mungkin juga anda sendiri) untuk lepas dari ketegangan karena terlalu serius dengan penyajian anda. Ini akan memberikan kesempatan kepada mereka untuk merileks-kan pikiran, bahkan juga anggota tubuh mereka yang mungkin telah cukup lama berada dalam posisi duduk (jika anda menggunakan icebreaking yang membuat peserta seminar atau audien anda berdiri dan bergerak bebas dari tempat duduknya).
  • Jika digunakan di tengah-tengah kegiatan, icebreaker dapat membuat peserta atau audien anda untuk berpikir di luar kotak (thinking out of box). Seringkali para peserta adalah orang yang terjebak dalam sebentuk pemikiran semata. Anda dapat memberikan pengalaman baru dengan membantu mereka untuk membuka pikiran terhadap hal-hal baru dari yang biasa mereka pikirkan. Dengan demikian, anda mungkin telah membuka pemikiran mereka terhadap gagasan-gagasan dan ide-ide baru dan orisinil.
  • Jika digunakan di tengah-tengah kegiatan, bisa jadi icebreking yang anda lakukan dapat memberikan motivasi baru kepada peserta atau audien anda. Seringkali para peserta seminar memerlukan pencerahan. Icebreaker-icebreaker tertentu yang dipilih dan dirancang dengan baik dapat digunakan untuk tujuan memotivasi ini.
  • Jika digunakan di akhir kegiatan, icebreaker dapat berfungsi sebagai metode untuk membantu peserta seminar atau audien anda dalam memetik hikmah dari presentasi atau paparan yang telah anda berikan.

Tips Memilih Icebreaker untuk Presentasi Anda

Sebagaimana telah disebutkan di atas, berhati-hatilah dalam memilih icebreaker untuk prsentasi anda. Anda harus mempertimbangkan ksesuaian icebreaker yang anda akan gunakan dengan tujuan anda memberikannya. Perhatikan pula siapa audien anda, berapa umur rata-ratanya? Apa profesinya? Status sosial ekonomi dan agamanya? Sebuah icebreaker dapat sesuai dan bagus digunakan pada suatu kegiatan tertentu tetapi bisa saja tidak cocok digunakan pada kesempatan kegiatan yang lain.

Nah, demikian beberapa alasan mengapa anda sebaiknya menggunakan icebreaker dalam presentasi atau paparan anda dari blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran. Semoga bermanfaat.

Saturday, March 15, 2014

15 Tips Menjaga Agar Siswa Tetap Fokus Pada Pembelajaran

Tips Menjaga Agar Siswa Tetap Memperhatikan Pembelajaran

Tips Menjaga Agar Siswa Tetap Fokus Pada Pembelajaran


Pernahkah siswa anda ribut dan sama sekali tidak memperhatikan pembelajaran di kelas anda? Kalau pernah mengalaminya, anda pasti merasa kesal sekali bukan? Berikut ini blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran mencoba memberikan tips bagaimana cara menjaga agar siswa tetap fokus pada pembelajaran anda. Sebelumnya, blog ptk ini pernah menampilan tulisan tentang perhatian siswa pada pembelajaran, tetapi dikaitkan dengan aspek perencanaan. Nah kali ini, tips yang diberikan lebih berkaitan dengan aspek pelaksanaan pembelajaran di kelas. Mari kita simak bersama-sama.

15 Tips Menjaga Agar Siswa Tetap Fokus Pada Pembelajaran

Berikut ini akan dibeberkan 15 buah tips yang dapat anda coba gunakan saat mengajar di kelas anda, sehingga siswa tetap berfokus dan memperhatikan pembelajaran yang sedang anda lakukan.

Tips 1. Pancing ketertarikan siswa dengan cerita singkat

Siapa yang tidak suka mendengar cerita? Siswa anda pasti suka. Itu adalah human nature. Sudah dari sononya. Nah, apabila anda mengajar, selipkan cerita singkat yang berhubungan dengan pembelajaran anda. Cerita yang diberikan tentu bukan asal cerita, melainkan cerita yang ada kaitannya dengan pembelajaran anda. Cerita ini dapat digunakan sebagai salah satu bentuk memberikan jeda (berhubungan dengan tips nomor 13 di bawah). Cerita disajikan secara menarik sehingga perhatian siswa yang mulai kendur terhadap anda dan pembelajaran anda dapat dikembalikan seperti semula.

Tips 2. Ajukan pertanyaan yang bersifat open ended

Pertanyaan dapat membantu anak-anak atau siswa berpikir. Agar semua siswa dapat berpikir dan menjawabnya, berikanlah pertanyaan yang bersifat open ended (terbuka). Pertanyaan semacam ini akan dapat melibatkan semua siswa untuk menjawabnya, karena siswa akan menggunakan pemikiran dan berpendapat tentang hal ikhwal yang dipertanyakan melalui pertanyaan open ended tersebut.

Tips 3. Berikan hanya satu macam tugas pada suatu sesi pembelajaran

Beberapa siswa mungkin dapat menghandel beberapa tugas sekaligus dan memanajemennya dengan baik selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Akan tetapi sebagian besar siswa sebenarnya kesulitan melakukan tugas yang lebih dari satu. Jika semua tugas (lebih dari satu) adalah target yang memang harus dipenuhi dalam pembelajaran anda hari itu, buatlah tugas itu sedemikian rupa sehingga dapat dibagi-bagi menjadi sub-sub tugas yang dapat dikerjakan pada beberapa sekuen (sesi) pembelajaran pada hari itu dan mereka akan dapat menyelsaikannya satu per satu.

Tips 4. Berikan arahan yang jelas untuk mengerjakan tugas

Beberapa guru seringkali menganggap suatu tugas mudah dikerjakan walaupun hanya dengan petunjuk singkat pada lembar kerja.pada kenyataannya, siswa seringkali tidak mengerti apa maksus dari petunjuk yang diberikan pada tugas tersebut. Karena itu, mengkonfirmasi apakah mereka memahami dengan jelas apa yang ditugaskan kepada mereka sangat penting. Dan, yang jauh lebih penting lagi, siswa seringkali membutuhkan penjelasan dan arahan tambahan tentang tugas yang dikerjakan. Lakukan ini sebaik-baiknya agar jangan sampai waktu siswa untuk mengerjakan tugas terbuang sia-sia atau membuat mereka berada dalam kebingungan untuk beberapa waktu.

Tips 5. Lakukan kontak pandang

Saat siswa-siswa mulai mengendur perhatian terhadap pembelajaran. Gunakan kontak pandang kepada setiap siswa anda. Terutama saat anda berbicara kepada mereka secara terarah (individual, siswa tertentu)ataupun saat anda berbicara kepada seluruh kelas. Sapukan pandangan mata anda secara bergantian dan berputar ke seluruh bagian kelas, ke seluruh siswa anda sedemikian rupa sehingga mereka merasa diajak berbicara. Bila mereka merasa sedang diajak berbicara, maka mereka akan mendengarkan anda.

Tips 6. Berkelilinglah ke seluruh bagian kelas

Beberapa guru memiliki tipe kurang dinamis dalam pergerakan di dalam kelasnya. Guru-guru model ini cenderung lebih banyak berdiri di depan atau duduk di kursinya sambil mengajar. Ini bukan guru yang baik apabila ingin dengan mudah menjaga perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Cara yang terbaik adalah, guru harus berkeliling ke seluruh bagian kelas. Apabila mereka sedang mengerjakan tugas, guru lebih-lebih lagi harus berkeliling. Ia harus mengecek bagaimana siswa mengerjakan tugas itu. Mereka mungkin saja memerlukan bantuan, memerlukan tanggapan, atau memerlukan konfirmasi dari anda.

Tips 7. Sesekali berbicaralah dari arah pojok bagian belakang kelas

Sebenarnya masih terkait dengan tips nomor 6 di atas, guru selama berkeliling ke seluruh bagian kelas dapat berbicara kepada seluruh anggota kelas secara kelas dari bagian kelas manapun. Tidak harus selalu berbicara dari arah depan kelas. Justru dengan cara ini beberapa siswa yang mungkin terfokus untuk selalu memandang ke arah depan kelas akan dapat berganti posisi dan membuat mereka sedikit rileks dan tidak cepat lelah.

Tips 8. Gunakan teknik pemusatan

Saat suasana kelas sedang ribut atau saat mereka asyik mengerjakan tugas tertentu, tetapi anda perlu untuk mengutarakan sesuatu kepada semuanya, maka anda dapat menggunakan teknik pemusatan. Bagaimana teknik ini digunakan? Mudah sekali. Anda dapat bertepuk tangan 3 kali keras-keras, mengetukkan benda keras ke papan tulis hingga suaranya cukup keras untuk mengejutkan mereka, atau cara-cara lain yang serupa sehingga mereka menghentikan kegiatan mereka (keributan atau mengerjakan tugas) secara bersamaan dan segera perhatian mereka terpusat kepada anda dan pembelajaran anda.

Tips 9. Tuliskan kata-kata kunci pembelajaran anda di papan tulis

Saat anda mempresentasikan suatu materi pembelajaran, siswa harus fokus pada kata-kata kunci penting dalam materi pembelajarana itu. Untuk memudahkan mereka mengenali dan memperhatikan apa saja informasi terkait kata-kata kunci itu, maka anda dapat menuliskannya di papan tulis dalam ukuran yang cukup besar bila dibandingkan tulisan anda lainnya.

Tips 10. Variasikan intonasi, volume, mimik, dan gesture anda saat berbicara

Saat berbicara atau bercerita, gunakanlah keterampilan berkomunikasi anda sebagai guru. Gunakan intonasi, volume suara, mimik, dan gesture yang sesuai sehingga  penampilan anda menjadi lebih menarik.

Tips 11. Gunakan warna pada tulisan anda di papan tulis

Saat menuliskan sesuatu di papan tulis, gunakan spidol berwarna-warni. Tetapi ingat, warna-warna yang digunakan harus tetap cukup jelas untuk dilihat oleh seluruh siswa di kelas anda, di bagian manapun ia duduk. Gunakan warna-warna tertentu untuk penekanan bagian-bagian penting atau untuk menunjukkan alur proses-proses berpikir atau cara menyelesaikan soal (tugas) yang digunakan.

Tips 12. Hapus tulisan-tulisan sesi pembelajaran anda sebelumnya

Jangan biarkan papan tulis anda penuh. Beberapa guru seringkali terkesan malas menghapus papan tulis dan rela menuliskan hal-hal penting pada bagian-bagian seperti di pinggir atau pojok bawah papan tulis. Sungguh, papan tulis sesekali perlu dihapus. Bahkan jeda anda saat menghapus papan tulis dapat memfokuskan perhatian siswa anda. Papan tulis yang terlalu penuh akan menyulitkan anda meletakkan tulisan-tulisan penting. Bisa juga, tulisan-tulisan yang ada sebelumnya dari sekuens pembelajaran anda akan mengganggu dan membuyarkan perhatian siswa anda akan apa yang akan atau baru saja anda tulis di papan tulis.

Tips 13. Jika anda menggunakan power point, beri jeda presentasi anda dengan teknik lain

Saat ini penggunaan power point dengan slide-slidenya sudah lumrah dalam pembelajaran-pembelajaran di sekolah kita. Ada guru yang bahkan setiap hari menggunakan power point untuk pembelajaran. Ini kadang menjadi ironi ketika guru melupakan bahwa di kelas terdapat papan tulis, atau sesekali ia perlu mematikan koneksi antara laptopnya dengan in focus agar siswa dapat memperoleh jeda dan variasi. Siswa tidak akan selama 2 x 40 menit memelototi layar dan power point anda. Sebagus apapun slide-slide yang anda punya. Jadi berilah jeda. Anda dapat berkeliling kelas, memutuskan koneksi laptop sehingga layar menjadi blank, atau bercerita, untuk memberikan jeda.

Tips 14. Berikan penghargaan kepada siswa-siswa dan seluruh siswa di dalam kelas anda

Berikan tepuk tangan atau kata-kata yang membesarkan hati mereka saat siswa melakukan tugasnya dan mengikuti pembelajaran anda dengan baik. Ini penting untuk menunjukkan bahwa anda senang sekali karena mereka telah berperilaku demikian. Selanjutnya, percayalah mereka akan selalu mengikuti presentasi anda dan mengerjakan tugas-tugas berikutnya dengan riang.

Tips 15. Tunjukkan kesabaran dan ketulusan anda

Siswa adalah anak-anak atau remaja. Sifat dasar mereka adalah bermain-main. Dan, bila dalam pembelajaran anda mereka terkesan bosan, tidak memperhatikan, maka anda harus bersabar. Tunjukkan bahwa anda tulus ingin agar mereka mengikuti pembelajaran dengan baik untuk kepentingan mereka sendiri. Bukan untuk orang lain. Kesabaran anda yang tulus akan membukakan mata hati mereka (siswa-siswa anda) bahwa mereka harus fokus pada pembelajaran yang anda sajikan, bahkan sejelek dan semembosankan apapun penyajian pembelajaran anda.

Demikian tips Menjaga Agar Siswa Tetap Fokus Pada Pembelajaran dari blog penelitian tindakan kelas dan model-model pembelajaran kali ini. Semoga bermanfaat.

Thursday, March 6, 2014

Ciri-Ciri Anak (Siswa) yang Kreatif

36 ciri anak (siswa) kreatif

Ciri-Ciri Anak Kreatif

Beberapa dari kita mungkin telah berkali-kali mendengar komentar seperti ini: “Wah, anak itu kreatif sekali, ya...” atau “Pasti si pembuat alat ini sangat kreatif”, atau “Anak-anak di kelas VIII itu memang kreatif-kreatif sekali.” Nah, bagaimana kita bisa mengatakan bahwa seseorang atau beberapa anak memliki kreativitas? Pastilah ada ciri-ciri atau tanda-tandanya. Kali ini, blog penelitian tindakan kelas kali ini akan berbagi tentang apa saja ciri-ciri anak (siswa) yang kreatif.  Mari kita simak.

Beberapa Ciri Anak (Siswa) yang Kreatif

Anak-anak (siswa) yang kreatif memiliki ciri-ciri tersendiri yang membedakannya dengan anak lainnya. Beberapa ciri yang dimaksud adalah:
  1. Mampu berkonsentrasi
  2. Tidak serta merta memberikan vonis terhadap suatu permasalahan
  3. IQ di atas rata-rata
  4. Memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi
  5. Memiliki apresiasi terhadap sesuatu yang bernilai estetik (indah)
  6. Memiliki ketertarikan terhadap sesuatu yang kompleks dan misterius
  7. Memiliki rasa ingin tahu
  8. Menyukai dan mengagumi keindahan suatu teori
  9. Senang  jika menemukan sesuatu (invensi)
  10. Memiliki keinginan untuk selalu berbagi ide
  11. Selalu berusaha memperbaiki kekacauan atau ketidakteraturan
  12. Memiliki dasar pengetahuan yang luas
  13. Memiliki sifat fleksibel
  14. Mempunyai ingatan yang baik, dan sangat memperhatikan detil
  15. Memiliki energi tinggi dan selalu antusias
  16. Mempunyai sense of humor yang kadang-kadang agak aneh
  17. Suka berimajinasi
  18. Mandiri
  19. Mempunyai kendali evaluasi diri yang baik
  20. Suka menciptakan sesuatu
  21. Tidak mempunyai toleransi terhadap kebosanan
  22. Membutuhkan iklim yang mendukung
  23. Tidak berkompromi
  24. Terbuka terhadap pengalaman dan hal-hal baru
  25. Suka bermain-main
  26. Berani mengambil resiko
  27. Memiliki rasa percaya diri yang besar
  28. Memiliki sense of originator
  29. Memiliki sense of mission
  30. Sensitif
  31. Mampu menemukan solusi-solusi dan memformulasikan masalah-masalah baru
  32. Spontanitas
  33. Berkomitmen terhadap tugas
  34. Memiliki tolerasi terhadap ambiguitas dan konflik
  35. Berani menghadapi resiko pengasingan sosial (dikucilkan)
  36. Berani bermimpi dan berfantasi

Demikian tulisan tentang beberapa ciri anak-anak yang memiliki sifat kreatif. Nah, apakah sifat-sifat itu ada pada anak atau siswa anda? Seberapa besarkah kualitasnya? Beberapa ciri di atas bernilai positif, beberapa lainnya mungkin bernilai negatif. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

Sunday, March 2, 2014

Stoples Reward untuk Kelas Anda

trik menggunakan STOPLES PENGHARGAAN KELAS
STOPLES PENGHARGAAN KELAS

Stoples Reward untuk Kelas Anda

Pada artikel kali ini blog penelitian tindakan kelas ingin berbagi mengenai sebuah trik yang tentu dapat anda lakukan di kelas anda (kelas 1 - 6 SD atau sederajat). Trik yang dimaksud di sini adalah cara memberikan penghargaan atau reward untuk seluruh siswa-siswa di kelas anda. Beberapa guru mungkin sudah biasa memberikan reward secara klasikal untuk siswanya, misalnya dengan membolehkan siswa beristirahat lebih awal dari jadwal yang seharusnya karena mereka sekelas telah melakukan kegiatan kebersihan kelas dengan baik (semua berpartisipasi dengan bersemangat), atau mungkin karena sebab-sebab lain dengan tujuan untuk membuat semua siswa menjadi senang dan gembira dan terdorong secara kolektif untuk berperilaku positif.

Trik yang akan dibagikan kali ini boleh kita namakan STOPLES PENGHARGAAN KELAS. Berdasarkan namanya tersebut, maka trik ini membutuhkan sebuah stoples transparan sebagai tempat untuk menaruh bola-bola penghargaan yang diterima oleh kelas. Bagaimana caranya? Yuk disimak.

STOPLES PENGHARGAAN KELAS

  • Siapkan sebuah stoples bening ukuran sedang lengkap dengan tutupnya.
  • Siapkan sekantung bola-bola plastik warna-warni berdiameter sekitar 5 cm atau 3 cm yang banyak dijual tukang mainan anak.
  • Beri label dengan kertas bufallo berwarna cerah bertuliskan "STOPLES PENGHARGAAN KELAS" atau "STOPLES REWARD KELAS" dengan merekatkannya menggunakan selotip transparan.
  • Ketika siswa-siswa dalam pembelajaran berperilaku baik (belajar dengan tekun dan bersemangat) dalam pelajaran anda, berikan 1 bola berwarna kepada seorang siswa untuk dimasukkan ke dalam stoples.
  • Pada kesempatan pembelajaran yang lain, ketika siswa dapat belajar dengan tertib, berikan 1 bola berwarna lagi untuk dimasukkan ke dalam stoples.
  • Untuk kesempatan yang lain, mungkin anda dapat memberikan bola kepada salah seorang siswa karena seluruh siswa di kelas anda telah mengikuti upacara bendera dengan baik dan membentuk barisan paling rapi.
  • Berikan 1 bola berwarna setiap kali siswa-siswa di kelas berperilaku positif.
  • Apabila stoples telah penuh dan tidak dapat lagi ditutup rapat, maka berarti saatnya mereka semua mendapatkan hadiah dari anda: misalnya anda membacakan sebuah buku cerita untuk mereka, atau mereka semua boleh menonton sebuah video kartun favorit mereka, dan lain sebagainya.

Tips pelaksanaan terkait stoples penghargaan kelas:

  • Gunakan stoples yang ukurannya cukup menampung 10 -15 bola saja.Jangan menggunakan stoples yang terlalu besar atau kecil sehingga terlalu cepat penuh atau terlalu lama baru penuh.
  • Berikan hadiah yang benar-benar menarik. Ingat, menarik di sini bukan berarti mereka harus diberikan makanan seperti permen atau uang, tetapi lebih kepada hadiah yang sifatnya mendidik tetapi tetap menyenangkan.
  • Letakkan stoples di atas rak atau lemari dekat meja guru di depan kelas agar semua siswa dapat memantaunya.

Demikian trik "STOPLES PENGHARGAAN KELAS" untuk digunakan di kelas anda agar semua siswa terdorong untuk berperilaku positif. Selamat mencoba.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...