Tuesday, November 3, 2015

Soal Latihan UKG ONLINE Guru Kelas SD

Soal Latihan ini bersifat Online dan hanya berisi 10 soal, dengan maksud agar anda tidak terlalu lelah menyelesaikannya. Nantikan soal terbaru untuk latihan UKG Online 2015 di blog ini


Thursday, April 9, 2015

Cara Membuat RPP Model WIPPEA

Cara Membuat RPP Model WIPPEA


Salah satu runtutan proses pembelajaran di kelas yang dapat menunjang keberhasilan guru dalam mengajar adalah dengan menggunakan model WIPPEA (Warm Up, Introduction, Presentation, Practice, Evaluation, dan Application). Model RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ini biasanya digunakan untuk jenis-jenis materi ajar berbentuk keterampilan seperti ketampilan berbahasa, olahraga, atau untuk mengajarkan skill lainnya kepada siswa. Model pengembangan RPP WIPPEA dikembangkan dari hasil kerja Hunter pada bukunya yang berjudul Mastery Teaching, 1982.

RPP dan Efektivitas Proses Belajar Mengajar

Pengembangan RPP adalah salah satu langkah penting sebelum guru mempraktekkannya di kelas. Pengembangan RPP sangat menentukan apakah pembelajaran yang akan dilakukan guru dapat sukses atau tidak nantinya. RPP yang dikembangkan dengan baik akan mampu menjadi petunjuk bagi guru dalam melaksanakan PBM-nya. Pada tahap ini guru akan mempertimbangkan berbagai aspek yang nantinya akan berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar siswa dan kemudahannya dalam mengajar. Perencanaan yang gagal otomatis akan membuat pembelajaran gagal, walaupun keberhasilan dalam mengembangkan RPP yang bagus belum tentu menjamin keberhasilan dalam mengajar saat proses pembelajaran berlangsung.

Pada RPP yang dikembangkan inilah guru akan menentukan tujuan-tujuan pembelajarannya, langkah-langkah yang dilakukan selama mengajar dan selama siswa belajar, bahan-bahan dan alat yang dibutuhkan hingga media dan evaluasi dan penyiapan latihan untuk siswa. Semuanya itu sebaiknya tertulis di dalam RPP sehingga akan membantu guru mengorganisasikan pembelajarannya dengan baik dan efektif.

Model WIPPEA untuk Pengembangan RPP

WIPPEA sendiri adalah 6 langkah yang harus dilakukan guru dalam kegiatan pembelajaran. Tentunya sebelum mengembangkan dan menuliskan keenam langkah ini, guru terlebih dahulu harus merumuskan tujuan pembelajarannya dengan baik. Nah, setelah semua tujuan pembelajaran dirumuskan barulah kemudian guru merumuskan langkah-langkah KBM menurut urutan WIPPEA tersebut. Baiklah, sekarang kita akan mengulas keenam urutan langkah model WIPPEA selama proses pembelajaran.

Warming Up (Pemanasan)

Pemanasan adalah cara-cara atau strategi yang dapat dilakukan guru untuk menyiapkan siswa ke dalam inti pembelajaran. Pada langkah pertama model WIPPEA ini, guru dapat melakukan pemanasan dengan mengasses pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. Ini dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan. Stimulus dapat dilakukan dengan beragam cara untuk memberikan pemanasan, misalnya dengan gambar, video, atau peragaan oleh guru. Pemanasan juga dapat dilakukan dengan mengasses pembelajaran sebelumnya yang berhubungan erat dengan pembelajaran yang akan dilakukan.

Introduction (Pengantar)

Guru dapat memberikan pengantar berupa penyampaian tujuan pembelajaran baik secara tertulis maupun lisan. Tujuan-tujuan pembelajaran ini harus dipahami betul oleh siswa. Selanjutnya guru dapat meminta siswa menanggapi tujuan-tujuan pembelajaran tersebut. Tanggapan boleh dalam beragam bentuk misalnya pertanyaan, ulasan atau apapun, yang kemudian dapat dicatat oleh guru terutama untuk tanggapan-tanggapan yang sifatnya penting dan berhubungan erat dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Presentation (Presentasi atau Penyajian)

Harap jangan diartikan presentasi di sini dalam arti sempit seperti guru memberikan ceramah. Ada banyak model presentasi yang bisa disajikan kepada siswa. Memang tentu tidak salah jika memberikan ceramah, tetapi harus sesuai dengan sifat materi pembelajaran. Karena model WIPPEA ini sebenarnya lebih cocok untuk mengajarkan materi yang berbentuk keterampilan, maka pemodelan, demostrasi, atau presentasi contoh produk dari keterampilan tersebut tentulah lebih diutamakan. Guru dapat menampilkan video, realia, atau model untuk produk. Jika semisalnya keterampilan berbahasa yang akan diajarkan, maka mungkin yang dipresentasikan adalah kosa kata baru atau struktur kalimat yang baru yang belum siswa ketahui dan akan mereka pelajari.

Practice (Latihan)

Setelah siswa diberikan contoh-contoh, diberikan demostrasi, pemodelan atau diberikan presentasi yang berhubungan dengan apa yang akan mereka pelajari, maka guru pada langkah latihan akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatihkan keterampilan tersebut. Alokasi waktu yang diberikan untuk tahapan ini tentu lebih besar dibanding tahap-tahap sebelumnya. Siswa melakukannya secara individual atau berkelompok di bawah bantuan guru.

Evaluation (Evaluasi)

Selesai berlatih, maka keterampilan atau produk yang dihasilkan oleh siswa dalam kegiatan latihan harus dievaluasi oleh guru. Guru akan memberikan masukan-masukan untuk menyempurnakan, atau memberikan koreksi jika terdapat kesalahan-kesalahan. Pada tahap ini siswa berkesempatan pula untuk menilai dirinya sendiri atau bahkan mungkin dapat diberikan kesempatan untuk memberikan masukan untuk siswa lainnya.

Application (Penerapan)

Untuk tahapan yang terakhir ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya dalam bentuk yang sedikit berbeda. Pada tahap ini siswa berkesempatan untuk menajamkan apa yang telah mereka kuasai. Tentu saja tahap penerapan atau aplikasi ini dapat ditambakan dengan memberikan tugas rumah atau proyek untuk dikerjakan baik secara individual maupun secara berkelompok.

Itulah enam langkah model pengembangan RPP bentuk WIPPEA yang seringkali digunakan untuk mengembangkan RPP untuk mengajarkan keterampilan kepada siswa dari blog penelitian tindakan kelas dan model pembelajaran.

Thursday, January 29, 2015

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Pendekatan Kontekstual

Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Guru dalam Pendekatan Kontekstual


Pendekatan kontekstual (contextual approach) yang seringkali disebut juga sebagai pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning : CTL) adalah pendekatan pembelajaran yang memandang pembelajaran di kelas harusnya selalu mengupayakan dan memfasilitasi siswa untuk menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata (real life situation). Karena itu, seorang guru yang mengajar dengan pendekatan ini harus dapat menyajikan pembelajaran di mana di dalamnya ia berperan sebagai fasilitator dan membawa anak kepada pemecahan masalah nyata melalui pengetahuan yang baru diperolehnya. Pendekatan ini tentunya menghendaki semua komponen kelas aktif dalam belajar.

Jika seorang guru ingin menerapkan pendekatan kontekstual di dalam kelas dan pembelajarannya maka ia harus memperhatikan pemikiran-pemikiran berikut.

Belajar tidak hanya sekedar menghafal

Ujian merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari dunia persekolahan kita. Sedemikian dianggap pentingnya ujian yang notabene lebih banyak menuntut siswa menguasai hafalan, maka tak jarang siswa dibawa guru untuk belajar secara menghafal. Ini tentu sesuatu yang salah dan harusnya dihindari. Memang ada dilema dalam dunia persekolahan kita, di mana siswa dirtuntut untuk lulus ujian, dan ujian menjadi suatu momok bagi sebagian siswa dan guru. Rendahnya nilai ujian juga akan menjadi taruhan bagi sekolah bahkan institusi setingkat dinas pendidikan. Seharusnya, mengajar siswa dengan cara menghafal harus dihindari karena bukan itu esensi dari sebuah pengetahuan. Siswa sudah seharusnya mengkontruksi pengetahuan di benak mereka secara bermakna sehingga mereka dapat menerapkannya untuk kepentingan kehidupan mereka seperti untuk pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Sekolah

Pendekatan Kontekstual dalam Pembelajaran Sekolah


Isu yang berkembang luas tentang kualitas pendidikan saat ini adalah ketidakmampuan siswa dalam memcahkan persoalan (masalah) dalam kehidupan sehari-hari. Padahal ini sangat penting karena berorientasi jangka panjang, bukan semata selesai pada saat mereka berada dalam lingkungan sekolah. Setiap siswa yang memperoleh pengatahuan di bangku sekolah sudah seharusnya dapat menerapkan apa yang diperolehnya tersebut dalam kehidupan nyata mereka sehari-hari. Pengetahuan harusnya menjadi bekal hidup bagi mereka saat terjun di tengah-tengah masyarakat sebagai bagian dari masyarakat itu.

Muncullah kemudian sebuah paradigma baru dalam kegiatan pembelajaran di mana siswa diajak untuk berada dalam situasi alamiah. Menurut paradigma ini proses belajar siswa akan lebih bermakna jika mereka berada dalam situasi alamiah tersebut. Mereka tidak sekedar mengetahuinya saja, tetapi harus mengalami dan mempunyai pengalaman nyata akan proses belajarnya.

Paradigma inilah yang kemudian melahirkan pendekatan kontekstual dalam proses pembelajaran. Dalam bahasa aslinya, pembelajaran kontekstual disingkat dengan CTL (Contextual Teaching and Learning). Pada pendekatan ini, fasilitator pembelajaran dalam hal ini guru harus membantu siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan yang sedang dipelajarinya dengan penerapannya di dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembelajaran yang dilakukan di kelas-kelas menjadi bermakna dan bermanfaat bagi siswa kelak. Jadi menurut pembelajaran yang mengakomodasi pendekatan kontekstual, guru bukan sekedar mentransfer pengetahuan. Bukan, guru bukan satu-satunya sumber informasi dan pengetahuan. Justru pengetahuan itu sebaiknya didapatkan dari beragam sumber yang difasilitasi oleh guru dalam KBMnya. Proses pembelajaran menjadi suatu bagian penting, tidak semata pada hasil belajar saja.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...